RSS
Selamat datang di bundabikay.blogspot.com... welcome to bundabikay.blogspot.com

Cahaya Bulan part 1



Bulan Oktaria. Menurutmu ini sebuah nama yang aneh? Atau sangat asing buat telingamu? Entahlah bagiku ini nama yang sangat indah, banyak makna yang terselip dalam namaku. Ayahku dengan bangga memberikan nama itu untukku. Sebagai bayi yang baru lahir ke dunia yang masih memerah saat itu, aku hanya bisa menerima dan menyimpan nama itu dengan penuh keikhlasan hati. Konon nama tersebut sudah disiapkan ayahku sebelum aku lahir ke dunia. Aku adalah anak pertama dan mempunyai dua adik laki – laki. Sulit memang untuk menjadi seorang anak pertama, karena aku harus menjaga dan membimbing kedua adikku.
Saat awal masuk sekolah tanpa malu aku deklarasikan namaku kepada seluruh teman – temanku. Aku memperkenalkan namaku di TK-ku. Namaku bulan, dengan bangga aku perkenalkan didepan kelas. Semua berteriak memanggil namaku Bulan. Aku semakin senang namaku sudah dikenal oleh teman-temanku.
Lain halnya saat aku memperkenalkan diri saat aku kelas 1 SD, semua temanku sempat tertawa, lucu, kata mereka waktu itu. Tapi aku menganggapnya mereka mengaggumi namaku, setidaknya nama diriku bisa eksis dalam kelas.
Ayah dan Ibuku seorang guru SD di kota Solo, karena ayah dan ibu bekerja sebagai guru maka aku bersekolah di tempat ibuku bekerja. Kehidupan keluargaku sangat sederhana, semua memang harus disyukuri apa yang Allah telah beri pada kami, begitulah ayahku memberikan semangat pada kami. Walaupun kondisi keuangan kami pas – pasan, ayahku selalu berusaha agar aku dan kedua adikku bisa sekolah dan punya pendidikan yang tinggi.
Aku bahagia bisa bersekolah di tempat ibuku bekerja. Aku merasakan kebersamaan bersama ibuku yang tak akan pernah bisa terulang kembali. Aku termasuk anak yang agak susah diatur, saat mau berangkat sekolah saja, ibuku harus sempat emosi agar aku segera berangkat ke sekolah. Mungkin kebiasaanku pada saat itu sangat mengganggu pagi ibuku, bayangkan saja mau berangkat sekolah saja, aku masih asyik dengan mainanku.
 Saat kelas 4 SD aku pindah sekolah, karena ibuku mengajar di SD yang lain, aku hanya patuh mengikuti jejak langkah ibuku. Aku memang sedih karena harus berpisah dengan teman-teman baikku. Tak jauh berbeda di sekolah yang baru, aku memperkenalkan diri di depan kelas, masih saja ada yang tertawa dengan namaku, Bulan. Memangnya ada apa dengan nama Bulan, sempat aku berpikir dan senyum-senyum sendiri ternyata fans beratku bertambah. Untung saja aku tidak dipanggil orang gila gara-gara senyum-senyum ga jelas.
 “ Bulan, kenapa kamu senyum – senyum sendiri?” bisik guruku.
Bisikan guruku membuat mukaku merah, malu, awal masuk sekolah kenapa harus senyum ga jelas. Aku hanya melempar senyuman sebagai jawaban.
Guruku segera menunjuk tempat duduk yang kosong, segera aku kesana dan duduk penuh kenyamanan.
“hei… namaku warna”  teman dudukku memperkenalkan diri dengan sambutan senyumnya yang hangat.
Kaget, segera aku sambut tangannya dan balas senyumnya dengan senyuman terbaikku. Jika ada lomba senyum maka senyumku akan jadi juaranya, senyumku itu memang yang terbaik, minimal bagi diriku.
Warna, sahabat pertamaku di tempat sekolah yang baru. Sahabatku memperkenalkan diriku pada teman-temannya, Vita dan ada si kembar Rana dan Rini. Karena sifat bawaanku yang pemalu jadi aku memperkenalkan diri dengan sedikit malu, tapi tak apalah.
Saat berkenalan aku melihat Ibuku tersenyum dari kejauhan, hari pertamaku disekolah sudah mempunyai teman dan akan bertambah temannya setiap hari, mungkin pikir ibuku seperti itu. Kebiasaan di sekolah sebelumnya memang aku selalu diam saat istirahat atau ke tempat ibuku sebagai teman untuk mengobrol.
Ya entah kenapa… mungkin bawaan namaku Bulan yang memang selalu bersinar sendiri, memang sih kata ayahku, diriku lahir saat bulan purnama yang cahayanya begitu cerah tapi tak ada bintang yang menemaninya. Setidaknya bulan purnama saat itu sedang tersenyum bahagia atas kedatanganku ke dunia. Ataukah memang sudah ada keturunan genetik pada saat aku lahir, aku harus bersinar sendiri? Atau sinarku harus aku redupkan? Biarlah perjalanan hidupku yang menjawabnya, redup atau bersinar…..
 Begitu anehnya memang saat disekolah, semua anak – anak perempuan mulai heboh dengan idola – idola ganteng mereka, sedangkan aku memilih tenggelam dalam kesendirian dan terlukiskan dalam setiap gambarku. Aku bisa menciptakan duniaku sendiri, aku bisa menciptakan Allahku sendiri dalam gambarku, rasa sukaku, aku bisa menjadi angin yang bertiup kencang, air yang mengalir deras, aku bisa menjadi apa saja yang aku mau, termasuk Bulan yang bersinar saat langit hitam.
Saat mengenal Warna, aku mulai sedikit berbeda, diperkenalkan diriku pada dunia persahabatan. Tak mentertawai namaku atau meledekku. Dia mengajariku tentang warna – warni hidup. Terhapus sudah kesendirianku. Sudut mataku hanya tertuju pada Warna.
Tapi perubahan duniaku tak begitu lama, setahun kemudian, ibuku pindah mengajar ketempat yang lain. Ibuku seorang guru PNS, ibuku siap dipindahkan kemana saja. Aku menangis, kehilangan sahabatku, mungkin aku tidak akan menemuinya kembali.
Hidup ini memang selalu diberikan pilihan tetapi saat ini pilihan ini harus dipaksakan padaku. Mengikuti setiap jejak langkah ibuku. Jika ada pilihan lain aku ingin bersama Warna, seorang anak perempuan yang selalu mengenalkan warna hidupku.
Sebelum aku berpisah, sepucuk surat merah dengan hiasan bunga dan bertuliskan sahabat ada pada kolong mejaku, segera kubuka surat itu.
aku adalah temanmu, Bulan. Kita bersahabat, namamu akan teringat dalam kehidupanku, kita akan selalu saling menyapa dalam kejauhan, Warna. Aku menangis membaca surat dari sahabatku, Warna. Bergegas aku mencarinya, berlari, ingin segera aku memeluk sahabatku.
Akhirnya kutemukan sahabatku, Warna. Duduk anggun dibawah pohon, segera aku memeluknya. “Warna….” Tangisku menetes kebumi.
Warna hanya tersenyum, kulihat matanya berkaca-kaca, sepertinya ia menahan agar air matanya menangisi kepergianku.
“Kamu adalah Bulan yang selalu ceria” kata-katanya membuat aku semakin menangis.
Pada kokohnya pohon yang tertanam, kami berdua berjanji akan mengingat persahabatan ini.  Kata – kata selamat tinggal terlarang bagi kami, sampai bertemu kembali, bisikan Warna pada tangisanku. Suatu saat aku akan mengunjungimu Warna.
Ibuku memanggilku dari kejauhan, bergegas menuju suara ibuku. Langkahku terus tertuju pada Warna, melihat Warna menumpahkan air matanya yang tertahan.
Kita akan bertemu kembali Warna……
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

69 komentar:

Ajeng mengatakan...

Cahaya Bulan yang menginspirasi, kesabaran patut ditiru
lanjutkan bunda menulisnya

rini mengatakan...

Bulan & warna
sahabat yang berkesan
ditunggu lanjutannya bunda

Dimas mengatakan...

pengalaman SD ya bunda??
menarik juga, ditunggu cerita2nya
salam dari Surabaya

Edi Padmono mengatakan...

Bulan atau wulan sih.....?
Ceritanya asyik, sayangnya bersambung ya....bikin penasaran...

Om Har mengatakan...

Selamat ya
sukses bu atas karyanya :)

Unknown mengatakan...

mbak ajeng ....makasih mbak...baru belajar nii...:)

Unknown mengatakan...

iya mbak rini acih ya kunjungannya...

Unknown mengatakan...

mas dimas tau aja...jaman jadul yang selalu terkenang. salam jg dari bekasi

Unknown mengatakan...

di novel bulan mas edi, aslinya sih wulan...
iya bersambung ...tunggu ya kisah selanjutnya...:)

Unknown mengatakan...

om har...iya terimakasih banyak

Diana mengatakan...

ceritanya menarik bunda
part 2 kapan nih???

Unknown mengatakan...

InsyaAllah secepatnya mbak....

Anisa mengatakan...

"Pada kokohnya pohon yang tertanam, kami berdua berjanji akan mengingat persahabatan ini" kata-kata puitis dan berkesan romantis
ditunggu bunda cerita selanjutnya
semangat menulis bunda Wulan

Rahma mengatakan...

“Kamu adalah Bulan yang selalu ceria”
bunda wulan pasti orangnya ceria terus ya...
salam bunda wulan, ditunggu lho kelanjutannya

BISMA mengatakan...

Tulisannya bagus amet sampai bikin yangti nangis

Unknown mengatakan...

oke jenk anis di tunggu ya komen selanjutnya

Unknown mengatakan...

iya mbak rahma...maksih........pandanglah hidup dengan kecerian maka bahagia kan menyertai kita

Unknown mengatakan...

hiiii si kakak jangan buka rahasia doonk...eyang putri terharu aja kog sayank.

Ocha mengatakan...

ceritanya hampir mirip sama kehidupan kecilku dulu hihihi
jadi mengenang masa lalu nih... makasih ya bulan & warna :)
ditunggu bunda kelanjutannya :)

penikmat kopi mengatakan...

jalan ceritanya enak bun
kayaknya pengalaman pribadi ya??
part 2 kapan??
semangat ngeblognya :D

Unknown mengatakan...

aciihhh......bru belajar ni....banyak org yg bantu d balik layar

Unknown mengatakan...

story cahaya bulan is amazing...
bulan and warna have friends principal
good writer and story :) i like it :D

Unknown mengatakan...

Michele....thank u very much. this is my first story.

Unknown mengatakan...

rasa ikut ke masa lalu....

Unknown mengatakan...

heheee......maksud hati bikin buku buat kejutan utk bapak,,,,ternyata sebelum terbit bapak udh ngasih kejutan duluan.....manusia berencana tp Allah yang punya kuasa.

Unknown mengatakan...

bagus...sangat mengharukan...jd pengin ketemu ma penulisnya..
semangat..!!!!

Unknown mengatakan...

terimakasih jenk yuz......:))

arif yulianto mengatakan...

Super sekali...

Unknown mengatakan...

heheee..terimakasih....ngikutin jejak bulek titik

Unknown mengatakan...

cahaya bulan ya :)
minta donk tapi gratis ya bun :D #siaptampungnovelcahayabulan

Unknown mengatakan...

iya boleh....bukanya udah baca...... :D

Unknown mengatakan...

Ada bulan, dan juga warna. Bulan memberi warna di malam yang gelap
lanjutannya bakalan keren banget nih, Aaaaa jadipenasaran.
ayo mana nih part2 nya

#wanna be a writer :D

Unknown mengatakan...

BEtuuul......antara bulan dan warna duo sahabat yg saling melengkapii.....

Unknown mengatakan...

bulan & warna
nama tokohnya unik2 ya :) keren ambil namanya...
bunda kayaknya penulis kreatif nih yang bisa berimajinasi dengan nama yang unik2... cahaya bulan part 2 ditunggu bun :) makasih ceritanya inspiratif buaaanggeeettt

Unknown mengatakan...

this story is really cool
i all know about the friendship between bulan and warna
can't wait for part 2...

Unknown mengatakan...

aciih mbak ulfa...di tunggu ya kunjungan beruikutnya...salam

Unknown mengatakan...

thank you for visit my blog . Maybe part 2 release a november please coment in part 2.

nilam mengatakan...

cahaya bulan yang menginspirasi tentang persahabatan :)
tidak rugi membacanya :) salam persahabatan bunda :)

Luthfi mengatakan...

keep spirit bulan for friendship :) u have passion for explore ur world :)
keep writing bunda... ur story is awesome :D

Budi mengatakan...

Bulan karakternya ceria y, kayaknya slalu happy :)
terus bercahaya bulan dengan keceriaannya :D

Rizki mengatakan...

Ceritanya menarik mengajarkan kita arti persahabatan :)

Ridho mengatakan...

dua karakter yang cukup berkesan dalam persahabatan :) inspiratif bun, semangat menulis :)

Unknown mengatakan...

salam kembali mbak nila...indahnya persahabatan di masa kecil akan terus terkenang hingga akhir hayat :D

Unknown mengatakan...

iya mas budi ceria is the best

Unknown mengatakan...

persahabatan yg tulus di landasi hati mas rizki...:)

Unknown mengatakan...

iya mas ridho...terimakasih kunjungannya di blog saya...selalu semangat

Unknown mengatakan...

lutfi... bulan have friendship to everyone.. you must read next chapter :)

Amirudin mengatakan...

bulan karakternya bagus, memotivasi banget kalau harus terus sabar dalam situasi apapun :) penasaran chapter 2 nya

Eko mengatakan...

Bulan bersinar dengan Warna yang indah :)
ditunggu part 2nya bunda

Unknown mengatakan...

oke mas amirudin tunggu yaaa...InsyaAllah ga akan lama ....:)

Bamz mengatakan...

cerita waktu kecil ya bun?? salut sama bunda Wulan dah bisa buat Novel, kasih tipsnya donk.. kadang kalau nulis mati ide :)

Unknown mengatakan...

oke mas eko..pasti ada kog part 2 nya..on proses..bbrp hari lagi yaaaa...:D

Unknown mengatakan...

Bamz....hehee...tau ajaaa....
Ga ada tips khusus siih,,,semua mengalir begitu aja,,,saya pun pernah nmengalami mati ide...:D
Kalo udah gitu y udah berhenti dlu nulisnya kmudian merefres lg dgn..baca buku atau jalan kemana kek...k tempat yg menenangkan yg bisa membangkitkan inspirasi..ceilee...sotoy buangetzz....:D

Unknown mengatakan...

Good Luck ya!!! :D
Sukses selalu, jangan lupa berdoa kpd Allah swt biar di mudahkan :)

Unknown mengatakan...

thanks dhi.....heheee...siipp..pasti itu..wajib buangetzzz

Unknown mengatakan...

selamat yaaa bunda cantik

Unknown mengatakan...

hadeeh....make nyanjung sgala nii...jd mikir..pasti ada sesuatu niii...oke boleh curhat geratis...asal curhat gina boleh ku tulis :D

Shery mengatakan...

Semangat bunda cantik dalam menulis :) Novel bulannya inspiratif buanget :) 4 jempol buat bunda

Unknown mengatakan...

terimakasih sherly...sukses juga ya b uat kamu...tulisan kamu jg keren...

dian lestari mengatakan...

Karakter bulan kuat ya... lnjutkan bunda wulan

Unknown mengatakan...


iya sekuat wonderwomen.....iya mbak dian makasih banyak. salam

Hera mengatakan...

Bulan, karakter yang unik :) i like it :) besok jadi bulan aaahhhh, awesome character :p

Unknown mengatakan...

heheee.....lebih baik jadi diri sendiri mbak hera.....:D

Yuni Susilowati mengatakan...

tak ada hadiah yang menyenangangkan selain sabar :) bulan inspiratif sekali bun :) sukses bun karyannya ditungu kelanjutannya

Asmiati mengatakan...

pustakawan menerbitkan buku hebat bun :) jadi inspirasi buat kami agar terus berkarya :D

Tips Buku mengatakan...

cover dan jalan ceritanya menarik, bagus bun :)

Unknown mengatakan...

terimakasim mbak yuni atas kunjunganya. sabar ya tunggu part 2 nya...salam

Unknown mengatakan...

ayo mbak asmiati kita salurkan banyak hal dalam tulisan... selamat menulis daaan sukses buat mbak.

Unknown mengatakan...

tips buku.....iya terimakasih banyak.

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung bundabikay.blogspot.com... Thank you for visit bundabikay.blogspot.com
KEB Warung Blogger Komunitas Blogger Bekasi  photo 024da144-a97a-4377-a683-427df5b8ad46_zps7c9d994d.png  photo 574d7220-268e-4447-a81e-b29d43bb9155_zps23255953.png  photo 3ec6ff7f-21fe-439a-bede-d4170b8cbadd_zpsb5204ac3.jpg